Sedapnya ikan patin asap olahan Kampar
Berkunjung ke Provinsi Riau belum lengkap rasanya jika tidak membawa oleh-oleh khas daerah Bumi Lancang Kuning ini. Mampirlah sejenak ke toko oleh-oleh, di sana Anda akan menemukan bermacam-macam oleh-oleh khas Riau.
Salah satunya yang paling populer adalah salai patin. Salai patin merupakan makanan khas daerah Riau dan paling banyak dicari oleh wisatawan. Salai patin merupakan inovasi olahan ikan patin yang dikeringkan agar tahan lama dengan cara diasap. Singkatnya salai patin biasa disebut juga patin asap.
Akhir Januari lalu, KONTAN berkesempatan untuk mengunjungi sentra pengolahan salai patin di Kabupaten Kampar, Riau. Tepatnya di Desa Koto Masjid. Sentra pengolahan salai patin ini letaknya cukup jauh dari Pekanbaru. Butuh waktu tempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi hingga tiga jam perjalanan. Anda disarankan membawa atau menyewa kendaraan pribadi karena di sana angkutan umum sangat terbatas.
Rute perjalanan meliputi Pekanbaru – Bengkinang – Kampar. Meski memakan waktu cukup lama, perjalanan menuju Kabupaten Kampar tidak akan membosankan. Anda akan disuguhi pemandangan perkebunan sawit dan tebing-tebing batu yang cukup indah.
Jalanan berliku juga terasa nyaman dilalui karena Anda jarang yang berlubang. Hampir semuanya mulus. Sesampainya di Desa Koto Masjid, pemandangan berganti menjadi rumah-rumah penduduk yang di setiap halamannya memiliki kolam ikan patin.
Sesuai motto di desa tersebut, "tiada rumah tanpa kolam".
Hari itu, KONTAN disambut oleh salah satu staf UPTD Dinas Perikanan Kampar, Herman. Menurut Herman, sentra olahan patin ini sudah ada sejak 2012. "Sentra ini merupakan inisiatif dari masyarakat yang mengajukan proposal ke Dinas Perikanan dan disetujui. Kami melihat kalau di sini produksi patin melimpah, jadi dibuatlah sentra ini," terang Herman.
Sentra salai patin yang dikelola oleh dinas perikanan setepat memiliki 10 kelompok usaha olahan patin. Delapan di antaranya khusus mengolah patin menjadi salai patin, dan dua lainnya menjadi makanan olahan tertentu, seperti bakso, nuget, kerupuk dan lain-lain.
Namun permintaan tertinggi tetap salai patin. "Olahan lain itu merupakan alternatif saja," ujar Herman.
Satu orang pengusaha atau sering disebut toke biasanya menghabiskan rata-rata 1 ton ikan patin segar dalam sekali produksi. Setelah diolah menjadi salai, beratnya menyusut 70% menjadi sekitar 300 kilogram (kg). Setiap 1 kg salai patin berisi 7-8 ekor patin ukuran besar. Sedangkan yang kecil bisa mencapai 30 ekor.
Dalam satu minggu mereka bisa empat kali produksi, sehingga total produksi sebulan ada 16 kali. Jika dihitung-hitung omzet yang didapat bisa mencapai Rp 273,6 juta per bulan.
sumber: http://m.kontan.co.id