Salai Ikan Patin Usaha yang Menjanjikan di Kampar
Kamparkab - Kabupaten Kampar telah dikenal sebagai penghasil ikan air tawar di Riau yang berkontribusi hingga 70 persen dari total produksi ikan air tawar. Salah satu ikan andalan dari Kampar adalah jenis ikan patin. Berbagai produk olahan dari ikan patin juga kini terus berkembang di Kabupaten Kampar, salah satu adalah usaha pengasapan ikan atau sering disebut salai ikan patin. Potensi pasar salai ikan patin ini sangat menjanjikan. Namun Pemerintah Kabupaten Kampar diminta untuk terus mendorong berkembangnya budidaya ikan patin, salah satu membantu petani mendapatkan pakan ikan yang lebih murah.Salah satu daerah yang cukup berkembang usaha salai ikan patin ini adalah di Desa Koto Masjid dan Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar. Dua desa bertetangga yang dulu adalah satu desa sebelum dimekarkan yakni Desa Pulau Gadang kini juga dikenal sebagai daerah penghasil ikan patin.
Ikan patin dipelihara dari kolam-kolam warga yang ada di kedua desa ini. Hampir seluruh rumah di desa ini memiliki kolam untuk budi daya ikan patin. Sesuai motto di Desa Koto Masjid, "tiada rumah tanpa kolam" membuat usaha ini memang menjadi salah satu sumber peningkatan ekonomi masyarakat.
Jika dulunya masyarakat hanya bisa menjual ikan segar, sejak beberapa tahun terakhir desa ini telah menyiasati peluang pemasaran dengan membuat salai ikan patin atau pengasapan ikan. Ternyata, upaya ini cukup berhasil, beberapa warga di kedua desa ini sukses menjalankan bisnis barunya.
usaha ini terus berkembang, apalagi dengan adanya lokasi sentra pengolahan ikan patin yang didirikan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Kampar beberapa tahun lalu.
Hanya saja, bisnis yang mampu menghidupi banyak keluarga ini sangat tergantung dengan keadaan ekonomi masyarakat. Bila keadaan ekonomi masyarakat bagus maka daya beli masyarakat terhadap ikan salai patin ini juga bagus. Salah seorang pengusaha salai ikan patin Jabarullah (41) kepada wartawan dan Kamparkab, Selasa (21/4/2015) mengungkapkan, sebetulnya peluang pasar salai ikan patin ini sangat bagus. Namun penjualan salai ikan patin juga sangat ditentukan oleh perekonomian masyarakat. Jika ekonomi bagus maka daya beli masyarakat terhadap salai ikan patin juga bagus.
Mengenai bagaimana sebetulnya peluang usaha pengasapan ikan ini, sebagaimana dituturkan Abar, bisnis ini sebetulnya cukup menggiurkan karena memiliki pasar yang cukup luas. Tidak saja di Kabupaten Kampar namun juga dibeberapa daerah kabupaten dan kota di Riau, di kawasan Pulau Sumatera, hingga Jakarta bahkan sampai ke Malaysia. "Di Malaysia kebetulan banyak warga asal Kampar yang rata-rata suka makan ikan salai, maka peluang pasar disana ada, hanya saja kita perlu meningkatkan kualitasnya agar jangan cepat busuk," katanya.
Kemudian, mengenai pengolahan ikan patin segar menjadi salai ikan patin, tidaklah terlalu rumit. Ikan segar yang dipanen dari kolam warga setiap paginya kemudian dibersihkan oleh beberapa orang ibu-ibu yang sengaja diajak bekerja. Satu tempat atau satu orang pengusaha pengasapan ikan patin rata-rata bisa mempekerjakan minimal tujuh orang karyawan.
Selain tiga orang yang bertugas khusus membersihkan ikan, pekerja lain yang dibutukan adalah sebagai tukang tangkap ikan ketika memanen ikan dari kolam-kolam warga. Minimal pekerjaan in membutuhkan sebanyak dua orang pekerja.
Kemudian bagian pekerjaan lain yang juga cukup penting dan sangat berpengaruh kepada kualitas salai ikan patin adalah dibagian pengasapan yang biasanya dilakukan oleh dua orang.
Dengan jumlah pekerja sebanyak itu, satu orang penguasaha atau sering disebut toke biasanya bisa mengolah ikan patin segar sampai 1 ton per hari. Ikan segar 1 ton ini biasanya akan menghasilkan salai ikan patin mencapai 300 kilogram.
Ikan patin segar saat ini harganya mencapai Rp 13.500,- yang dibeli dari kolam-kolam warga sekitar. Sementara harga jual di pasaran ikan salai berkisar antara Rp 50 ribu hingga Rp 65 ribu.
Hanya saja bisnis ini bukan tidak mendapat ancaman, sebab masyarakat selaku petani saat ini cukup berhati-hati menanamkan modalnya sebab harga pakan untuk usaha ini makin lama semakin meningkat.
Beratnya biaya usaha budidaya ikan patin ini sangat dirasakan oleh petani yang tidak memiliki mesin pembuatan pakan pelet sendiri.
Salah seorang warga Desa Pulau Gadang, Umar (55) kepada wartawan mengakui bahwa untuk sementara dia terpaksa menghentikan usaha budidaya ikan patin di kolam dan membiarkan kolam ikannya kosong karena ancaman kerugian selalu menghantuinya karena modal yang ditanamkan untuk usaha ini kadangkala tidak sebanding dengan hasil panen.
Selain pakan ikan semakin mahal, ancaman penyakit ikan juga selalu membuat petani ketar-ketir. Jika datang musim penyakit ikan maka hasil panen pun kadangkala tidak memuaskan. "Ya, kalau bisa pemerintah bisa membantu masyarakat agar bisa mendapatkan pakan yang bersubsidi, pokoknya harga pakan yang kita beli tidak terlalu mahallah. Dan bantu juga warga yang ingin membuat pakan sendiri seperti membantu pembelian mesin untuk petani atau kelompok petani," pungkasnya.
Dia berharap kepada Pemkab juga menyediakan bibit yang lebih murah serta membuka peluang-peluang pemasaran baru sehingga harga jual bisa meningkat sehingga masyarakat bisa mendapatkan untuk dari usahanya ini.(ara)
salai patin kampar
salai patin murah
distributor salai patin
sumber: http://kamparkab.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar